BUKU-BUKU KERIS TERBAIK INDONESIA
Oleh Jimmy S Harianto
Dari sekian banyak buku tentang keris yang terbit di Indonesia, Ensiklopedi Keris yang disusun oleh Bambang Harsrinuksmo (2003) serta Buku Keris Jawa, Antara Mistik dan Nalar (2004) oleh Ir Haryono Haryoguritno dan tim, adalah dua buku yang boleh dikata terbaik.
Saya katakan terbaik dalam artian paling bermanfaat untuk dibaca baik bagi para pandemen perkerisan maupun pemula. Ensiklopedi Keris menjadi semacam kamus istilah perkerisan seperti halnya kompendium dan vademekum. Bisa juga menjadi buku pegangan yang siap pakai untuk referensi tentang seluk beluk perkerisan, sejarah dan istilah-istilah teknis tentang keris, yang disusun berdasarkan abjad.
Sedangkan buku Keris Jawa, Antara Mistik dan Nalar sebagai buku pegangan yang lebih lengkap tentang berbagai detil keris, pembuatan keris, makna filosofi keris dan juga tata cara keris dalam konteks tradisi Jawa. Buku ini boleh dikata terlengkap mengungkapkan sisi-sisi tak hanya bendawi kerisnya, akan tetapi juga nilai di balik benda budaya – yang menurut definisi yang diakui lembaga ilmu pengetahuan dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa, PBB, memiliki fungsi tak hanya sebagai (dulunya) senjata tikam, akan tetapi juga benda spiritual (spiritual object). Sebagai semacam ‘sipat kandel’ (pendorong rasa percaya diri bagi pemiliknya), dan juga tujuan spiritual bagi yang meyakininya.
Ensiklopedi Keris sengaja dicetak tidak mewah, menurut Bambang Harsrinuksmo, karena memang dimaksud agar harga terjangkau masyarakat luas agar tradisi keris bisa lestari. Dan memang relatif sangat murah, jika dibanding buku-buku keris lain, seperti Keris Jawa Antara Mistik dan Nalar, misalnya.
Buku Keris Jawa karya Haryono Guritno, lengkap secara detil mengulik berbagai aspek keris dalam konteks kehidupan di Jawa, termasuk pula daftar matriks terlengkap tentang berjenis-jenis dhapur (model) keris lebih dari 200 macam dan ciri-ciri detilnya. Ini tentunya lebih lengkap dari jumlah jenis dhapur keris yang dicatat “Kitab Klasik tentang Keris” oleh FL Winter (1800-an) yang mencatat terdapat 51 dhapur dan 24 pamor. Serat Centhini menyebut 126 dhapur keris, serta 6 pamor umum.
Jurnalistik keris
Ada juga kumpulan catatan dari berbagai sumber, yang dihimpun secara telaten oleh Suwarsono Lumintu dari Yogyakarta di era 1990-an, dan diterbitkan dalam bentuk diktat yang sangat sederhana. Jumlah edisinya ada setidaknya 12 seri, dari catatan tentang dhapur keris, makna keris, sejarah keris, sampai mistik keris.
Uniknya, Suwarsono Lumintu yang seperti juga Bambang Harsrinuksmo berlatar belakang jurnalis surat kabar, dikenal luas di Yogyakarta karena menjual diktat-diktat kerisnya dalam event tahunan Sekaten di lingkungan Kraton Yogyakarta. Biasa dijual di lapak di samping Siti Hinggil, di kraton.
Memiliki Ensiklopedi Keris Harsrinuksmo, buku Keris Jawa Haryono Haryoguritno, serta diktat-diktat yang dihimpun Lumintu, cukup kiranya melengkapi pengetahuan dasar dan madya, liku-liku dunia perkerisan. Selebihnya bisa dilengkapi dengan buku-buku khusus keris lainnya, baik terbitan Indonesia maupun luar negeri.
Kalau Harsrinuksmo melengkapi konten Ensiklopedi-nya dengan berbagai tulisan hasil penelusuran jurnalistiknya, maka Lumintu juga melengkapi diktat-diktat kerisnya dengan kliping-kliping ceramah dan sarasehan keris di berbagai tempat yang dihadirinya.
Untuk melengkapi kawruh lebih detil lagi tentang dunia perkerisan, bisa menambah bacaan manuskrip Kasunanan Surakarta tentang dhapur keris oleh KGPH Hadiwidjojo (1920). Juga manuskrip Serat Panangguhing Duwung, manuskrip kraton yang ditulis Mas Ngabehi Wirasoekadga, sangat membantu menambah wawasan tentang tangguh. Sedangkan Serat Pandameling Duwung di era PB X, mengungkapkan bagaimana pembuatan bilah keris, dari awal sampai akhir. Termasuk bahan-bahan pembuatan keris, yang ternyata banyak juga dipakai bahan-bahan besi daur ulang.
Catatan-catatan lain
Buku Proposal Keris untuk UNESCO (2004) yang disusun oleh tim Damartaji, sebuah paguyuban yang menggarap usulan tentang keris ke lembaga PBB di Paris tersebut, juga merupakan bacaan menarik.
Buku proposal yang disusun tim Haryono Guritno, termasuk pula Waluyo Wijayatno, Stanley Hendrawidjaja dan kawan-kawan juga merupakan bacaan menarik. Secara ringkas dan sistematis, dialihbahasakan dalam bahasa Inggris oleh dalang asal Australia namun WNI, Gaura Mancacarita, mengungkapkan latar belakang kenapa Keris Indonesia perlu diusulkan sebagai salah satu Mahakarya Kemanusiaan Dunia.
Tak kurang menarik, catatan tebal Soelistyo Joko Suryono berupa tesis untuk Program Pasca Sarjana di ISI Surakarta (2009) yang berjudul Transformasi Keris Surakarta setebal 300-an halaman. Tesis Joko Suryono alias Pak Jack ini mengungkap berbagai perkembangan dan seluk beluk keris khusus Tangguh Surakarta Hadiningrat secara cukup detil.
Buku menarik khusus tentang hulu keris, ditulis oleh pebisnis keris (alm) Hengki Joyopurnomo dan timnya. Judulnya, The Power of Keris Hilts (2019). Buku ini laris terjual dan juga dibagikan saat peluncuran, dalam sebuah pameran khusus hulu keris di WTC Manggadua, pada tahun yang sama.
Suka tafsir makna keris? Toni Junus menulis dengan menarik dalam bukunya Tafsir Keris. Toni menulis berdasarkan penelusuran dan wawancaranya di kalangan kolektor, serta sumber-sumber keraton. Dan berdasarkan kisah di balik keris-keris terkenal...
Terbitan asing
Terbitan asing juga tidak kalah menarik. Buku yang paling menarik dibaca dari para penulis asing, di antaranya adalah The Javanese Kris karya Isaac Groneman, The World of the Javanese Kris oleh Garreth Solyom dan Bronwen, serta Kris Disk karya Karsten Sejr Jensen dari Denmark (2005).
Tidak seperti penulis lainnya, Karsten Sejr Jensen menuliskannya dalam bentuk rekaman Cakram (CD), demi menghemat biaya penerbitan. Namun, penulisan Jensen ini boleh dibilang komprehensif dan cukup lengkap, mencatat tak hanya keris-keris Jawa, akan tetapi juga keris-keris dari seluruh penjuru Nusantara. Lengkap dengan foto-foto koleksi museum di Eropa serta kolektor-kolektor privat di Eropa.
Proklamasi Keris Indonesia sebagai The Masterpiece of Intangible Heritage of Humanity di Paris pada 25 November 2005, membawa dampak tersendiri bagi aktivitas penerbitan buku keris di Indonesia.
Salah satu karya yang sangat bermanfaat, dan bahkan menjadi dasar referensi para pandemen dan peminat keris di Negeri Jiran Singapura serta Malaysia, adalah dua buku karya Ahmad Ubbe. Buku pertama, adalah cuplikan disertasinya, Pamor dan Landasan Spiritual Senjata Pusaka Bugis (2011) dan yang kedua adalah Keris Serumpun, Bugis-Makassar-Melayu (2021).
Tak hanya laris terjual. Buku Ahmad Ubbe ini juga menjadi pegangan tersendiri bagi siapa saja yang berminat mendalami keris-keris serta badik dan pedang Sulawesi berpamor. *
Jakarta, 25 November 2023
Selamat Hari Proklamasi Keris Indonesia
Sumber : Warung Kopi Ganjawulung